Metode Pengakuan Pendapatan Jasa Konstruksi - Economics, Accounting, and Tax ( ECOTAX )

Terbaru

Friday, December 4, 2015

Metode Pengakuan Pendapatan Jasa Konstruksi

Hallo agan2 semua, kali ini admin akan membahas mengenai metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh para perusahaan kontruksi sekaligus untuk memenuhi permintaan saudari  yunixxxx@xxx.co.id yang meminta bidang ini dibahas. Menurut apa yang admin baca dibuku, internet maupun dari LK yang dibuat oleh perusahaan konstruksi admin membagi menjadi 2 bagian besar metode pengakuan pendapatan jasa konstruksi, antara lain :

1.      Metode Persentase Penyelesaian ( Percentage of Completion )
Metode persentase penyelesaian ini dipilih mengingat biasanya bidang konstruksi memakan waktu lebih dari 1 tahun buku. Sehingga menggunakan metode ini dapat menunjukan pendapatan yang dapat diakui untuk 1 tahun buku. Pemesan Jasa kontuksi biasanya melakukan pembayaran dengan 2 cara:
a.       Pembayaran sekaligus (Tunai) – dimana biasanya jasa konstruksi yang digunkan  relatif singkat yaitu 1 tahun.
b.      Pembayaran Bertahap  - dimana pembayaran dilakukan dengan tingkat persentase penyelesaian proyek.
Cttan : kebanyakan yang real terjadi adalah no.2
Hal - Hal yang perlu diketahui oleh perusahaan konstruksi dalam menerapkan metode Persentase Penyelesaian ini, antara lain:
a.       Kontrak yang dimaksudkan haruslah kontrak yang memiliki kekuatan mengikat secara hukum, sehingga tingkat kepastian pendapatan menjadi tinggi—sepanjang kewajiban pengerjaan proyek dilakukan sesuai ketentuan di dalam kontrak.
b.      Perusahaan perlu melakukan administrasi pencatatan yang rapi sehingga setiap beban dan biaya yang timbul bisa ditelusuri dan dihubungkan dengan pendapatan secara akurat.

2.      Metode Penyelesaian Kontrak ( Complated Contract )
Dengan metode ini, perusahaan kontruksi melakukan pengakuan pendapatan secara sekaligus saat kontrak sudah rampung, sehingga pendapatan dan beban/biaya sudah diketahui secara pasti.
Namun metode penyelesaian kontrak sangat tidak disukai oleh para stake holders, karena Laporan keuangan perusahaan konstruksi menjadi terlihat buruk saat membandingkan  periode yang satu dengan periode lainnya, serta tidak dapat memberikan gambaran yang bisa mewakili kondisi perusahaan sebenarnya (misalnya : dengan metode ini dapat terjadi ketimpangan, yang mana harusnya ada aktivitas menjadi nyaris tidak ada aktivitas) karena metode ini menghitung setelah konstruksi selesai.
Sehingga pada akhirnya, para pengguna laporan keuangan lebih memilih menggunakan metode persentase penyelesaian (bila pendapatan bisa diestimasi) dan menunjukkan keadaan/aktivitas perusahaan sebenarnya.

            Sekian dulu pembahasan hari ini, untuk contoh kasus klik sini.  (Link Belum Aktif)


No comments:

Post a Comment

Sebagai pengunjung blog yg baik jgn lupa y tinggalkan komentar, saran atau y itu gak usah dibilang agan2 semua tau kan, agar blog ini bisa terus memberikan informasi pada agan - agan semua.