Perbedaan Itu Indah - Economics, Accounting, and Tax ( ECOTAX )

Terbaru

Friday, July 26, 2013

Perbedaan Itu Indah

     Di beberapa negara sering sekali terjadi perang saudara yang membuat negara tersebut hancur,dan di landa beberapa masalah  seperti kelaparan , pembunuhan , pengeboman dan ada yang membuat orang yang di lahirkan di tanah nenek moyangnya harus meninggalkan tempat kelahiranya karena ancaman yang mereka terima, seperti yang terjadi di beberapa negara di benua afrika dan benua asia.

     Hal itu di sebabkan oleh beberapa alasan seperti perbedaan kebudayaan, perebutan wilayah dan yang paling sering muncul karena adanya perbedaan keyakinan. contoh di negara myanmar yang mana suku rohingnya yang minoritas yang beragama muslim terusir oleh para penganut agama budha yang mayoritas di negara tersebut. 

dan juga yang terjadi di negara indonesia yang mana hal itu terjadi di madura di mana umat muslim syiah terusir oleh muslim suni yang mana kaum suni adalah kaum mayoritas. 
Terbebas dari apapun masalah yang menjadi penyebab terusirnya pihak minoritas seharusnya tindakan itu tidak perlu dilakukan karena kita hidup di dunia ini memiliki perbedaan dan perbedaan itu sebenarnya adalah indah. bahkan setiap individu dengan individu memiliki perbedaan yang mana saudara kembarpun tidak memiliki sikap yang sama.

Seharusnya kita umat manusia harus hidup selalu berdampingan dan saling menghormati dan negara sebagai penyelenggara pemerintahan harusnya ikut serta dalam menyatukan masyarakatnya yang berbeda - beda agar dapat tercipta hidup yang nyaman dan tentram.

di setiap agama pasti mengajarkan untuk berbuat baik  kepada sesama seperti dalam tulisan beberapa para ahli agama di masing - masing agamanya :


AGAMA, KEKERASAN, PERDAMAIAN
Perspektif Agama Islam
Oleh : DR. H. Fatah Syukur NC, M.Ag

      Menurut ajaran agama Islam, agama menjadi sumber nilai, semangat, dan institusi terakhir untuk mencari makna hidup. Agama untuk manusia adalah sebagai kekuatan pembebas, agama menawarkan sekumpulan nilai, ajaran, visi, dan ketentuan normatif. Manusia memiliki kebebasan untuk merespon tawaran-tawaran agama. Manusia memerlukan agama untuk meningkatkan kualitas hidupnya sendiri, bukan agama yang memerlukan manusia. Agama hendak membantu manusia untuk melakukan aksi pencerahan, dan aksi pembebasan manusia dari situasi keterpenjaraan seperti penjara, kemiskinan, kekayaan, komunalisme, dsb.
  Nabi Muhammad saw diutus membawa ajaran Islam ke dunia, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Ajaran agama merupakan sesuatu yang ideal, misalnya Islam itu cinta damai, Islam itu indah, Islam cinta kedisiplinan, dan Islam itu rahmat bagi seluruh alam, dsb.
    Namun sekarang marak muncul permasalahan yang mengatasnamakan agama. Permasalahan agama sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dengan permasalahan sosial, karena agama setelah dipeluk oleh umat manusia, maka sarat dengan persoalan sosial terutama yang berhubungan antara sesama manusia. Terkadang suatu ajaran dari sumber yang sama, dengan kalimat yang sama dapat menimbulkan pemahaman yang berbeda, dan pada akhirnya akan menimbulkan praktik yang berbeda pula, bahkan sangat memungkinan menimbulkan konflik, padahal secara dogmatik, ajaran agama selalu menghendaki adanya kedamaian, dan keharmonisan. Namun pada kenyataannya konflik yang dipicu oleh masalah agama itu selalu muncul ke permukaan. Misalnya konflik antara pemeluk agama di Ambon, orang Madura dan Dayak di Kalimantan, bahkan konflik antar pendukung partai di Pekalongan dan Jepara, hampir semuanya dipicu melalui sentimen keagamaan, misalnya menghina ajaran agama atau tokoh agama, pembakaran tempat ibadah, pelecehan Kitab Suci dsb.  Tetapi konflik tersebut bukan hanya disebabkan oleh unsur agama namun mungkin ada unsur lain yang menyebabkannya.
     Dalam berbagai konflik yang sering terjadi sekarang wajah Islam agaknya selalu beriring dengan label anarkis dan anti kebebasan. Cap fundamental, ekstrem, dan bahkan teroris seakan sangat akrab dengan komunitas “orang” yang memeluk agama Islam. Generalisasi perilaku “sekelompok” muslim seringkali menjadi justifikasi muka Islam sebagai agama, sehingga label-label negatif tadi selalu pantas untuk diembelkan dengan Islam. Namun pemberian label negatif terhadap agama Islam ini tidak adil karena kasus tersebut hanya dilakukan oleh sebagian kecil umat Islam. Justru umat Islam yang berfikiran moderat jauh lebih banyak dan tidak setuju dengan cara-cara yang dilakukan oleh mereka itu. 
    Agama Islam yang disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw merupakan agama yang ditujukan demi kesejahteraan dan keselamatan seluruh umat dan alam. Sesungguhnya perdamaian merupakan salah satu prinsip dalam Islam yang ditanam secara mendalam dalam hati kaum muslimin sehingga menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Islam itu cinta damai.  Islam diturunkan oleh Allah swt ke muka bumi dengan perantaraan seorang Nabi yang diutus kepada seluruh manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Islam bertujuan menciptakan perdamaian dan keadilan bagi seluruh manusia, sesuai dengan namanya yaitu al-Islam. Karena itu, Islam diturunkan bukan untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam kesumat di antara umat manusia. Islam justru memerintahkan kita memiliki sifat pemaaf, namun tetap memperhatikan agar kejahatan tetap diberi hukuman setimpal agar tidak muncul kejahatan lain. Islam memerintahkan agar manusia selalu berbuat baik,  sekalipun terhadap orang yang jahat kepadanya, Islam memerintahkan manusia berendah hati, namun jangan melupakan harga diri. Namun, Islam melarang bersikap lemah dan meminta damai dalam peperangan ketika belum mencapai tujuan.



AGAMA, KEKERASAN, DAN PERDAMAIAN
Perspektif Agama Katholik
Oleh : Romo Lukas Dharsono, MSF
           
    Agama adalah suatu ajaran yang mengajarkan kasih sayang kepada siapa saja tanpa terkecuali, dan agama membawa misi dasar luhur yaitu kerukunan, persaudaraan, perdamaian, dan keselamatan universal. Namun dalam berbicara tentang kaitan agama dengan kekerasan adalah sesuatu hal yang paradoks. Di satu sisi, agama apapun tanpa terkecuali mengusung misi perdamaian, kerukunan, dan keselamatan, sekaligus menolak bentuk kekerasan dan tindakan anarki. Tetapi di sisi lain, terkadang agama dituding penyebab, penggerak bahkan penggagas dari suatu kekerasan dan anarki.  Tindakan kekerasan yang melibatkan umat beragama sering terjadi misalnya liputan kemarahan Umat Islam yang dilukai oleh sebuah film yang dibuat oleh seseorang di AS yang dianggap menghina dan melecehkan Nabi Muhammad, konflik di Irlandia Utara antara agama Protestant dan Katolik yang disebabkan karena masalah etnis-politis, di Sudan antara Arab Islam dan Negro yang Kristen, Hindu melawan Islam di India, Hindu melawan Buddhanisme di Srilanka. Hal itu, seakan menegaskan bahwa tindakan kekerasan dan anarki yang disebabkan oleh agama bukanlah isapan jempol belaka tetapi memang nyata. Namun muncul berbagai pertanyaan apakah tindakan-tindakan anarki yang terjadi dan dilakukan pemeluk agama benar-benar didorong oleh ajaran agama atau sesungguhnya merupakan tindakan sosial belaka yang memperoleh pembenaran agama? Konflik-konflik yang terjadi bukanlah konflik agama, tetapi apa yang terjadi adalah konflik yang dicari-cari pembenarannya pada ajaran agama. Dalam hal ini, agama diperalat oleh kelompok masyarakat dan penguasa. Penguasa menganggap kekerasan, teror, dan otoritas mutlak sebagai hak prerogratif yang tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan.
     Persoalan hubungan antara agama dan kekerasan sesungguhnya tidaklah sederhana. Seakan agama dan kekerasan itu antara ada dan tiada. Kita hendaknya berani mengakui bahwa dunia agama, disadari atau tidak disadari telah membuat pemisahan antara orang beriman dan tidak beriman yang memungkinkan muncul kekerasan. Kelompok yang merasa diri bahwa agama mereka adalah satu-satunya yang benar memiliki sedikit simpati bagi kelompok yang berbeda. Hal inilah yang sering memicu terjadinya konflik. Konflik dan kekerasan yang melibatkan pemeluk agama sebenarnya melibatkan seluruh elemen organisasi atau kelompok keagamaan.
   Agama memang dapat dijadikan rujukan untuk kepentingan apapun, tindakan baik maupun tindakan buruk, tergantung pemeluknya dan situasi. Pemeluk agama seharusnya berani berpikir kritis dan dalam keterbukaan budi dan kebeningan hati berani membedah tafsir atas ayat-ayat dalam Kitab Suci yang berpotensi meleglimatisasi tindakan kekerasan para pemeluk agama. Dengan kata lain, tidak ada ajaran agama yang keliru, yang ada adalah kesalahan tafsir dan pemutlakannya buta atas ajaran agama oleh penganut agama. Agama itu harus dijauhkan dan dipisahkan dari kepentingan politik dan kekuasaan. Dan yang lebih penting adalah belajar dari Yesus yang melawan kekerasan dengan cinta kasih.



AGAMA, KEKERASAN, DAN PERDAMAIAN
Perspektif Agama Kristen
Oleh : Pdt. Nancy N. Souisa, M.Si

   Relasi antara Tuhan dan manusia adalah hal utama di dalam iman kristiani. Manusia dijadikan Tuhan sebagai patner kerja yang menatalayani kehidupan sehingga berlangsung suasana damai bagi semua. Inilah tujuan utama yang diresponi manusia dengan kerendahan hati dan keterbukaan.
    Cara-cara beragama, bentuk-bentuk keagamaan dan ide-ide, sepatutnya sejalan dengan mandat Tuhan. Identitas agama sepatutnya menjadi identitas yang mendorong manusia melayani berbagai kebutuhan hidup sehingga kedamaian bisa tercapai, bukannya identitas yang menuntut manusia menjadi ekstrem. Manusia yang beragam dapat melakukan banyak hal yang bermartabat karena pemaknaan agamanya, namun ternyata ada berbagai konflik dan kekerasan berlatar pada pemaknaan tertentu dari nilai agama. Dengan kata lain, terdapat warisan kekerasan, pelanggaran HAM, dan ketidakadilan ekonomi politik yang bertentangan dengan harapan bahwa itu ditampilkan oleh manusia beragama di dalam dan melalui hidupnya.
    Perkara  kekerasan menjadi masalah serius pada kehidupan masa kini apalagi yang melibatkan agama. Kekerasan ini bersumber dan nampak dalam banyak hal yaitu ketidakadilan, budaya kekerasan yang dianggap warisan, kompetisi yang membenarkan berbagai cara, dsb. Namun sebagai orang beriman kita harus berjuang melawan setiap kekerasan yang terjadi. Kita harus menghadirkan damai dan memelihara damai.
      Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
a.       Pendidikan perdamaian
Pendidikan perdamaian dilakukan mulai dalam komunitas agama untuk meninjau cara pikir dan praktek beragama yang tidak sensitif terhadap orang lain dan komunitas lain. Pelajaran dari daerah yang mengalami konflik dan kekerasan mengetengahkan pentingnya kebersamaan dan mengedepankan kemapanan dan kebijaksanaan masyarakat untuk bersama memikirkan dan mempromosikan perdamaian.
b.      Perhatian terhadap budaya damai dengan menggunakan nilai-nilai luhur dan bentuk-bentuk dalam tradisi setiap komunitas yang tidak lekang dimakan budaya kekerasan. Bahwa terdapat nilai dan bentuk warisan masa lalu yang patut dipraktekkan sebab terbukti menyokong masyarakat dalam memelihara harmoni sambil mengupayakan hidup bersama yang saling menjaga, memperhatikan, dan berbagi.
c.       Belajar dari persoalan-persoalan kekerasan dan konflik, contohnya yang diusulkan oleh Scoot Appleby, ia menawarkan transformasi dari kekerasan menuju perdamaian dalam tiga dimensi : managemen konflik, resolusi konflik dan pembaruan struktur. Managemen konflik menyangkut pencegahan konflik. Resolusi konflik menyangkut advokasi dan kesaksian dari yang terlibat di dalam konflik. Pembaruan struktur adalah upaya untuk mengalamatkan akar penyebab konflik dan mengembangkan praktek jangka panjang dan institusi yang kondusif bagi masyarakat yang kondusif untuk berlangsungnya damai dan relasi tanpa kekerasan.
    Banyak cara lain yang dapat digunakan sebagai pergulatan pekerjaan perdamaian, sebab perjuangan untuk menghadirkan perdamaian adalah jalan panjang namun membuat kualitas kemanusiaan teruji dan memperlihatkan hal yang memang sepatutnya menjadi bagian dari kemanusiaan.



SEBUAH INSPIRASI MENUJU PERDAMAIAN HIDUP BERAGAMA
Perspektif Buddhisme
Oleh : Suranto, MA

     Di era modern ini manusia dihadapkan dengan permasalahan yang cukup kontradiksi diantaranya konflik dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Di satu sisi, orang takut akan terjadinya kekerasan. Namun di sisi lain, ada orang atau kelompok tertentu yang sudah siap atau memang mempersiapkan diri untuk menindak pihak lain dengan kekerasan. Kondisi ini telah mendorong sebagian umat manusia untuk mulai sadar akan pentingnya kehidupan yang damai. Sudah banyak catatan kekerasan atas nama agama yang mewarnai kehidupan di Indonesia mulai dari terorisme, masalah tempat ibadah, sampai dengan penodaan agama, dan aliran kepercayaan. Hal ini menjadi tantangan bagi umat beragama.
    Sebagai salah satu agama besar yang berkembang di dunia, Buddhisme memiliki tantangan tersendiri dalam menjawab tantangan keberagaman agama yang sering menjadi salah satu unsur pemicu kekerasan yang mengatasnamakan agama. Sebenarnya keberagaman agama adalah bagian dari kehidupan ini sehingga untuk terlepas dari keberagaman sangatlah sulit. Berdasarkan fakta tersebut, Buddhisme melihat keberagaman agama sebagai suatu kondisi yang alami.
    Pentingnya mendirikan kedamaian berawal dari mengkonstruksi pemahaman terutama pemahaman agama. Agama perlu dipahami tidak semata sebagai dogma yang harus dipegang kuat-kuat, tetapi agama harus dipahami sebagai jalan hidup yang mengarahkan dan menggerakkan pikiran umat manusia pada titik kerhamonisan.
  Perdamaian tidak dapat diwujudkan selagi manusia masih memiliki dan mengutamakan nafsu, mementingkan diri sendiri atau kelompok, memliki kesombongan agama atau rasial, dan mengutamakan keegoisan kekuasaan. Agama pada dasarnya mengajarkan manusia untuk tidak membunuh dan menyakiti sesama atau makhluk lain, tetapi sayangnya melalui akar kebenciaan, kejahatan, dan kegelapan batin manusia mengabaikan ajaran kasih. Sebenarnya agama memiliki catatan dan benih-benih kekerasan maupun benih-benih perdamaian tetapi sangat bergantung bagaimana kita membudayakannya. Sikap dan prinsip memanusiakan manusia merupakan salah satu sarana untuk menghargai kehidupan, sehingga tidak seharusnya manusia menjadi obyek dan sumber kekerasan atas nama agama.
    Dalam mewujudkan kedamaian hidup beragama dapat dimulai dari diri sendiri dengan mengembangkan cinta kasih kepada semua makhluk. Buddhisme mengajarkan pengembangan cinta kasih dapat dilakukan melalui meditasi metta (meditasi cinta kasih). Dalam ajaran agama Buddha terdapat satu kalimat manjur untuk menciptakan perdamaian yaitu dengan cara mengucapkan dan mepraktikkan dalam kehidupan sehari-hari melalui usaha mengharapkan semua makhluk hidup berbahagia (sabbe satta bhavantu sukhitta). Selain itu, cara pengembangan cinta kasih dalam Buddhisme dapat dilakukang dengan  memberikan keterbukaan dalam menyelesaikan permasalahan termasuk kekerasan beragama untuk membangun dasar hidup manusia dengan memiliki kemoralan, kesabaran, kerendahan hati, dan toleransi dalam kehidupan beragama.

  
MENCEGAH KEKERASAN DAN MENJAGA PERDAMAIAN
Perspektif Agama Khonghucu
Oleh : Dr. Oesman Arif W.S.

     Ajaran agama Khonghucu adalah sebuah ajaran yang bersumber dari ajaran para nabi purba di Tiongkok yang dirumuskan dan disempurnakan oleh Nabi Khonghucu (551-479 SM). Artinya, sebelum Nabi Konghucu lahi bahan ajaran “agama Khonghucu” itu sudah ada dan disebut Ru Jiao.
    Menurut agama Khonghucu, tindak kekerasan dalam bentuk apapun harus dicegah melalui pendidikan sejak kanak-kanak. Jika pendidikan sejak kanak-kanak sudah salah setelah dewasa sulit diperbaiki karena sudah menjadi watak. Orang yang suka melakukan kekerasan biasanya orang yang kurang berpendidikan atau salah didik. Pendidikan agama diharapkan dapat membentuk karakter manusia menjadi lebih baik, maka pelajaran agama tidak hanya mendidik anak mengenal Tuhan, tetapi juga mengenal manusia dan kehidupannya. Selain itu, dalam agama Khonghucu kungfu dan silat Taiji diajarkan untuk mengendalikan emosi seseorang agar tidak melakukan tindak kekerasan.
   Dalam ajaran agama Khonghucu tidak menjelaskan masalah sorga, neraka, dan reinkarnasi karena mengajarkan umatnya tulus dalam menjalankan kebajikan di dunia ini. Berbuat kebajikan tanpa pamrih apapun, tidak dapat hadiah di dunia ini atau di dunia lain tetap berbuat kebajikan. Agama Khonghucu mengajarkan umatnya untuk menghormati arwah dan mendoakan agar tempat yang damai disisi Tuhan. Umat        Khonghucu mengirim benda seperti rumah dari kertas, ‘uang perak’ dan ‘uang emas’ dari kertas tujuannya adalah menenangkan arwah. Umat agama Khonghucu percaya bahwa roh itu abadi, tetapi setelah orang meninggal rohnya ke mana itu rahasia Tuhan yang tidak perlu dirisaukan. Dalam memberi penjelasan kepada murid-muridnya tentang keadaan manusia setelah meninggal, Nabi Konghucu sangat hati-hati.





KESIMPULAN:
Semua agama itu mengajarkan kebaikan dan perdamaian, dan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Tetapi terkadang terjadi kekerasan yang mengatasnamakan agama karena kurangnya pemahaman terhadap agama, dan penjelasan pemimpin yang salah. Sehingga agama terkadang diperalat, dan seakan agama dengan kekerasan itu antara ada dan tiada. Oleh sebab itu, sucikanlah hati dan pikiran. seperti pepatah berkata " Jika ingin orang lain berbuat baik kepadamu, berbuat baiklah kepada orang lain.” Sehingga, “jika ingin damai, berilah damai kepada orang lain”.



No comments:

Post a Comment

Sebagai pengunjung blog yg baik jgn lupa y tinggalkan komentar, saran atau y itu gak usah dibilang agan2 semua tau kan, agar blog ini bisa terus memberikan informasi pada agan - agan semua.